Review Film - Chaos Walking (2021)

by - April 09, 2021


Satu lagi filmnya Tom Holland yang aku tonton di tahun 2021, setelah sebelumnya nonton Cherry (2021) yang mengecewakan. Kali ini aku dibawa ke genre yang agak beda di film barunya, Chaos Walking. Terus selepas nonton, aku ngerasa kalo Holland kayaknya perlu lebih selektif lagi pas milih job yang mau dia ambil.

Aku langsung diajak kenalan sama Todd Hewitt (Tom Holland), cowok asal Prentisstown yang susah nyembunyiin Noise miliknya. Noise tuh kondisi di mana laki-laki nggak bisa nyembunyiin isi pikirannya yang tertuang dalam bentuk suara dan warna-warni menarik di sekitar kepalanya. Lalu Todd ketemu sama gadis bernama Viola (Daisy Ridley) yang jatuh dari kapal ruang angkasa. Singkat cerita, Todd ngebantuin Viola buat balik ke tempat asalnya.


 
Sebenernya dari segi materi khususnya buat jajaran cast dan budget, Chaos Walking terasa superior. Kursi sutradara dipegang sama Doug Liman yang pernah bikin film action sci-fi seru Edge of Tomorrow (2014). Terus mereka punya Tom Holland, Daisy Ridley, David Oyelowo, bahkan punya Mads Mikkelsen. Harusnya sih bakalan seru ya, tapi nyatanya enggak.

Ceritanya aja tergolong standar, warga lokal yang nyelametin orang asing. Nggak ada hal baru. Terus kalo ngeliat ini film sci-fi yang berlatar di planet lain (New World) dan di masa depan, aku punya ekspektasi gede buat ekspansi dunianya. Tapi nyatanya itu semua nggak ada. Alih-alih terlihat megah dan modern, New World malah terkesan biasa aja dengan latar hutan liar miliknya.

Selain itu world building-nya Chaos Walking tuh nggak kuat. Minim banget penjelasan mendasar dan eksplorasi. Misal nih kondisinya Prentiss sama Ben kenapa bisa kayak gitu, terus ada alien lokal yang tinggal di New World malah terkesan numpang lewat aja. Nggak ada kedalaman naskah, jadi latar belakang karakter kurang tergali maksimal dan hal-hal potensial malah jadi kebuang sia-sia.
 


Buatku jajaran cast-nya udah tampil maksimal banget. Hubungan Todd-Viola yang kayak hubungan polos-berpengalaman berhasil ditampilin dengan baik sama Holland-Ridley. Bisa dimaklumi kalo Mads juga ngepolnya cuma sampe situ karena emang ada tuntutan naskah yang kudu dipenuhi.
 
Cuma masalahnya ada visual yang mayan ngeganggu, yaitu Noise. Aku sebenernya suka sama konsep Noise, tapi karena penggunaan visual yang mencolok dan dialog yang too much, bikin akting para karakternya jadi ketutup. Penonton malah jadi lebih fokus ke visual warna-warni Noise daripada ngeliatin ekspresi aktornya.

Bagiku durasi 109 menit buat film adaptasi novel sih kurang pas. Lebih masyuk kalo bentuknya serial TV aja, tapi katanya bakal berbentuk trilogi ya? Aku nggak tau pasti. Tapi yang jelas sebagai pembuka, film ini tampil lemah buat ngenalin "dunia"nya.

Ada di BIOSKOP