Review Film - Beasts Clawing at Straws (2020)

by - June 22, 2020


Apa yang bakal kamu lakuin kalo tiba-tiba nemuin duit bernilai milyaran di dalem sebuah tas bermerk Louis Vuitton? Mau diambil uangnya? Atau mau ngambil tasnya aja nih? Walaupun punya tema yang klise soal kejar-kejaran harta, namun rasanya Beasts Clawing at Straws malah mempermainkan kita di dalam keklisean itu sehingga ia tampil meyakinkan sebagai satu sajian yang sangat menghibur.

Kim Yong-Hoon menjadi sosok dibalik kursi sutradara sekaligus penulis dengan cerita yang diadaptasi dari sebuah novel karya Keisuke Sone yang berjudul Wara Nimo Sugaru Kemonotachi. Film berdurasi 108 menit ini turut dibintangi oleh beberapa aktor-aktris kawakan Korea diantaranya Jeon Do-Yeon, Jung Woo-sung, Bae Seong-woo, Shin Hyun-bin, dan Jung Man-sik.

Di awal film kita langsung diajak kenalan sama tas Louis Vuitton yang dibawa oleh orang misterius ke sebuah loker. Lalu cerita dimulai saat ada satu pegawai sauna bernama Joong-Man (Bae Seong-woo) nemuin tas itu yang ternyata setelah dibuka isinya duit milyaran. Masih merasa galau, akhirnya Joong-Man nyimpen tas itu ke gudang dengan harapan bahwa tas itu bakalan diambil lagi sama yang punya.



Aku nggak pengen ceritain panjang lebar karena apa yang ditawarkan dari film kejar-kejaran seperti ini ada pada alurnya yang non-linear. Seringkali arahnya berubah jadi nggak terduga dan itu yang bikin seru. Aku juga suka sama cara film ini membagi karakternya ke beberapa timeline dengan transisi yang rapi. Walau rapi tapi tetep nggak ketebak arahnya kemana.

Film ini punya genre thriller-mystery, jadi disamping kejar-kejaran dan nebak siapa yang bakal dapet tasnya, karakternya juga mampu melakukan apapun buat dapetin tas itu. Aku kayak diajak bermain-main naik wahana yang rintangannya adalah rentetan masalah bertubi yang dialami para karakternya. Soal karakter nih, pengembangan motif buat dapetin tas itu juga menarik buat diikuti. Build-up nya bagus banget jadi kita bisa dipaksa buat bersimpati ke karakternya yang masing-masing punya alasan tersendiri buat dapetin uang itu.



Beast Clawing at Straws juga nunjukin dengan gamblang gimana reaksi orang-orang ketika nemuin duit gede secara cuma-cuma. Penggambarannya sangat detil dan sesuai sama latar belakang mereka masing-masing, sehingga reaksinya pun jadi beragam. Ini mah kalo disimpulin ya, orang tuh seakan tunduk sama yang namanya duit jadi hal apapun bisa dilakuin. Oke, sekarang tas Louis Vuitton bisa ngajarin nilai moral, iya baik.

Sebagai pelengkap, aku juga cocok sama scoring-nya yang kalo dicermati rasanya kayak ada humor-humornya. Mungkin itu satu detil buat menertawakan kelakuan orang-orang yang jadi greedy saat nemu duit? Bisa jadi. Aku juga seneng sama sinematografinya, terutama tone warnanya yang kental dengan nuansa mafia-gangster. Oh satu lagi, film ini agak gore, jadi emang ada beberapa adegan yang berdarah-darah tapi tetep aman kok kalo ditonton karena nggak terlalu eksplisit.


Oke, film ini sangat menghibur, seru dan asyik. Buat yang suka tontonan non-linear alias sering berbelok kearah yang nggak terduga, Beasts Clawing at Straws adalah santapanmu. Setelah nonton, rasanya makin menegaskan bahwa sinema asal Korea bener-bener nggak ada habisnya. Idenya ada aja. Bener-bener tas Louis Vuitton pembawa sial!