Review Film - The Lodge (2019)

by - May 03, 2020


Bukan tipe horror yang mengandalkan jumpscare sebagai media buat menakut-nakuti. Bukan pula tipikal horror tradisional berhantu yang mengandalkan kehadiran entitas gaib sebagai satu cara untuk membuat bulu kuduk merinding. Namun The Lodge hadir dengan caranya sendiri yang pelan namun pasti, mampu memberikan kejutan dan menyerang psikismu secara perlahan.

The Lodge adalah film bergenre horror garapan dua sutradara, Veronika Franz dan Severin Fiala. Keduanya pernah menggarap horror juga yang berjudul Goodnight Mommy (2014). Sedangkan buat jajaran cast-nya, The Lodge dihiasi oleh talenta muda antara lain Riley Keough, Jaeden Martell, Lia McHugh, dan Richard Armitage. Dari pemilihan cast-nya aku sendiri tertarik karena ada nama Riley Keough yang mencuri perhatian di Logan Lucky (2017) dan Jaeden Martell yang masih seger karena baru tampil di serial Defending Jacob (2020).


Punya cerita yang nggak jauh-jauh dari psikis dan kesehatan mental, The Lodge tampil dengan narasi yang menyesakkan. Aidan dan Mia yang baru aja dapet beban mental berat gara-gara kehilangan ibunya, kini harus menghadapi fakta bahwa bapaknya bakal nikah lagi. Mereka menyalahkan Grace, pacar bapaknya, atas kematian ibunya dan apesnya, ternyata Grace juga punya trauma masa lalu yang berefek pada kesehatan mentalnya. Singkatnya, ini adalah soal memperbaiki hubungan antara Aidan, Mia, dan Grace.

Karena menjamah dunia psikis, The Lodge ini cenderung kearah psychological-thriller. Atmosfer yang dihadirkan pun rasanya aneh dan bikin nggak nyaman. Saat Grace kebingungan, aku pun ikut diajak bingung. Karena ini film horror, kurangnya adalah aku justru nggak dibikin takut tapi cenderung dibuat bingung dan penasaran dengan clue-clue yang ditunjukin. Apa yang aku rasain adalah lebih banyak dibuat bingung daripada ditakut-takutin. Ya ada momen ngerinya cuma emang datengnya lama banget.


Atmosfernya dingin dan tipe filmnya mirip sama film-film garapannya Ari Aster yang alurnya lambat banget. Butuh ekstra kesabaran buat nikmatin filmnya dan butuh ekstra sabar juga buat nunggu momen seremnya. Tapi bagiku horror tenang dan lambat seperti ini rasanya bak orang yang lagi memedam lama sesuatu. Kalem dan dingin tapi kalo suatu saat keluar, akan meledak jadinya. Hal itu pun berlaku juga disini dengan munculnya satu twist yang oke.

Selain lambat, filmnya juga penuh teka-teki. Aku beberapa kali mikir "mau disetir kemana lagi nih?" karena tiap adegan punya interpretasi yang berbeda-beda. Satu hal positif lainnya di film ini adalah sinematografi. Thimios Bakatakis adalah orang dibalik kamera yang ternyata beliau juga sosok dibalik suksesnya sinematografi film horror The Killing of Sacred Deer (2017). Penempatan kameranya yang unik, bikin setting film yang hanya ada di satu tempat doang jadi jauh lebih estetik nan menarik.

The Lodge bukanlah horror tipikal semua orang karena alurnya sangat lambat dan terasa lama buat menakut-nakuti. Adapun ceritanya yang njelimet dan penuh teka-teki hanya akan menambah rasa penasaranmu, bukan menambah rasa takutmu. Namun sebagai horror yang menyerang psikis, film ini tampil cukup solid dengan twist dan performa para castnya yang solid.