Review Film - Gretel & Hansel (2020)

by - May 12, 2020


Ketika opening dimulai, aku udah langsung excited karena aku beranggapan kalo Gretel & Hansel ini bakalan jadi horror dengan narasi mencekam layaknya sebuah dongeng yang mengerikan. Namun siapa sangka ketika opening-nya selesai, film ini menjadi jauh dari kata menarik. Selain perubahan rasio gambarnya yang menyempit ke 1.55:1, film ini nggak punya daya tarik lainnya.

Film ini diarahkan oleh Oz Perkins (I Am the Pretty Thing That Lives in the House). Menurut filmografinya, Oz Perkins belum pernah melahirkan satu karya hebat terutama di genre horror. Tapi pas nonton trailer Gretel & Hansel hatiku jadi makin mantap sama garapan beliau. Untuk jajaran cast-nya ada Sophia Lillis, Samuel Leakey, Alice Krige, Fiona O'Shaughnessy, dan Jessica De Gouw.


Mengambil pendekatan berbeda dari pendahulunya yang penuh aksi Hansel and Gretel: Witch Hunters (2013), film ini ternyata lebih memfokuskan diri ke dongeng dan asal-usul dua tokoh utamanya. Jadi disini bakalan lebih fokus ke masa kecil Gretel & Hansel (iya, judulnya dibalik karena Gretel jadi tokoh sentral disini). Gretel & Hansel adalah kakak-beradik yang baru saja diusir oleh ibunya. Mereka lalu mencoba peruntungan dengan masuk ke dalam hutan yang berbahaya demi mencari tempat tinggal baru. Singkat cerita, karena udah terlalu lapar, Gretel & Hansel terpaksa buat masuk ke sebuah rumah berbentuk aneh di tengah hutan.

Selesai opening, rasio gambar yang sebelumnya cantik dengan kamera wide-nya seketika langsung berubah menyempit jadi 1.55:1. Menurutku perubahan ini makin menambah nilai estetikanya dan memang yang aku dapet setelah nonton hanyalah komposisi dan tone warna filmnya yang konsisten. Nonton film ini tuh rasanya kayak nonton feed Instagram yang rapi. Enak banget dipandang dan cuma itu aja yang bikin betah nonton.



Buat ceritanya nih, boleh dibilang menarik di awal tapi mlempem di tengah. Berasa diulur-ulur aja tanpa ada momen horror yang menghentak. Ada sih tapi hanya beberapa, itupun tanpa set-up yang kuat dan cuma terkesan kayak tempelan. Aku ngerasa cuma diajak dengerin cerita horror yang bagiku nggak ada horror-horrornya sama sekali. Film ini lebih kearah petualangan mencari jati diri sepasang kakak beradik ketimbang membongkar sebuah misteri horror, sekalipun filmnya terasa ingin jalan kearah sana.

Butuh kesabaran ekstra buat nyelesein film ini karena emang nggak punya sparkling-sparkling momen ngeri-creepy apa kek biar bisa stay ditempat duduk. Padahal durasinya singkat lho, hanya 87 menit tapi rasanya lama. Misteri yang coba digali rasanya sangat membosankan, sampai-sampai pas momen revealing aku urung buat terkesan karena udah capek sama narasinya yang diulur terus.



Apa yang aku suka disini selain konsistensi gambarnya adalah performa dua aktrisnya, Sophia Lillis sebagai Gretel dan Alice Krige si nenek misterius. Sophia Lillis cukup sukses menunjukkan ekspresi terkekang dan perasaan terbebani sebagai seorang kakak. Rasio gambarnya yang sempit seakan ikut mendukung performanya sebagai Gretel yang merasa nggak bebas. Untuk Alice Krige si nenek misterius, baru denger suaranya aja aku udah nggak pengen deket-deket sama dia.

Gretel & Hansel terlihat berusaha sangat keras untuk tampil cantik baik dari segi visual maupun dari cerita dan dialog para pemainnya. Tapi rasanya aku jadi salah fokus. Bukannya nungguin "duh bakalan ditakutin sama apa lagi ya didepan?" tapi justru "wah bakalan kayak gimana lagi ya pengambilan gambarnya?". Horrornya setengah estetik.
 
Ada di BIOSKOP