- Thriller -AdventureAlejandro LandesDramaHuluJulianne NicholsonMoises AriasReviewSofia BuenaventuraThriller
Review Film - Monos (2019)
Monos adalah film bergenre adventure-thriller yang disutradarai oleh Alejandro Landes. Beliau juga merangkap sebagai screenwriter barengan sama Alexis Dos Santos. Sedangkan buat para pemainnya ada Sofia Buenaventura, Julián Giraldo, Moises Arias, Karen Quintero, Deiby Rueda, dan Julianne Nicholson.
Aku langsung diajak melihat 8 remaja yang sedang bermain bola dengan mata tertutup. Lalu beberapa saat kemudian datang satu pria mungil yang memberikan komando pada 8 remaja itu bak sedang latihan militer. Monos langsung memberikan adegan itu di pembuka film dan sejauh yang aku tau, 8 remaja tersebut hidup terasing dan punya seorang komando. Film ini emang bercerita tentang satu kelompok kecil berisi 8 remaja yang jadi semacem anggota militer dibawah bayang-bayang satu organisasi yang lebih besar.
Apa yang aku pahami setelah nonton pembuka filmnya yang langsung on-point begitu adalah Monos ini film yang minim penjelasan dan memang titik beratnya bukan kesana. Nggak ada penjelasan detil tentang latar belakang para tokohnya bahkan latar belakang ceritanya. Monos nggak pengen penonton mikirin yang lain selain kehidupan karakternya. Yang aku tau cuma 8 remaja yang look nya garang-garang itu sedang menjalankan suatu misi dari atasan.
Tanpa penjelasan, film ini lebih mengandalkan real-time event sebagai sarana buat mengembangkan karakternya. Lewat 8 remaja yang beda sifatnya (kayaknya julukan mereka mewakili sifatnya), Monos menampilkan studi karakter dengan balutan survival sebagai penggeraknya. Seiring waktu berjalan dan tiap kejadian yang menimpa 8 remaja tersebut, perkembangan karakternya juga makin kelihatan. Mereka tuh kayak kasih pandangan masing-masing sehingga kita jadi merasa terikat bahkan bersimpati sama mereka.
Monos emang ngambil pendekatan yang nggak jauh-jauh dari dunia remaja dan aku suka dengan hal itu. Istilah "jiwa muda" beneran dieksplor luas disini, mulai dari tingkah laku, emosi yang masih labil, hasrat seksual, sampai pengambilan keputusan. Misalnya nih bisa diliat dari gimana disiplinnya mereka saat ada tekanan dari atasan, lalu mendadak party gila-gilaan setelah kondisi selow. Itu adalah satu fase sebab-akibat yang sering banget dialami remaja lho. Ketemu atasan mendadak patuh dan saat santai mereka menjadi berapi-api, bener kan?
Pemilihan latar tempatnya oke banget, terus di mixed sama sinematografi keren dan jadilah gambar-gambar cantik penghilang kebosanan saat nonton. Selain lanskap yang diambil pake kamera wide-angle, pengambilan gambar muka secara close-up juga menambah intensitas emosi dari 8 remaja ini. Scoring-nya ini nih yang edan, asli, tepuk tangan dulu buat Mica Levi! Dari segi cinematic experience, film ini emang jempolan.
Kurangnya adalah selain minim penjelasan, film ini juga punya pace yang lambat. Film ini mengandalkan pengembangan karakter dan hubungan antar karakter, jadi agak minim adegan aksi bombastisnya. Walaupun ada satu sekuens yang cukup seru namun nggak bisa dipungkiri kalo Monos terasa lama banget saat ditonton.
Setelah melewati proses panjang, akhirnya Monos bisa dikategorikan sebagai satu film coming-of-age yang suram sekaligus bikin nggak nyaman. Banyak view cantik dari Kolombia dan gubahan musik Mica Levi yang cadas bikin nuansa survival nya semakin kental. Namun cukup disayangkan karena film ini memang hanya bertumpu pada pengalaman sinematik sebagai kekuatan utama untuk mengatasi rasa bosan para penonton tanpa memberikan detil kecil yang mungkin bisa membuatku makin bersimpati sama karakternya.
Ada di HULU