Review Film - Saint Maud (2020)

by - April 14, 2021


Film horor dari A24 memang selalu aku tungguin, termasuk Saint Maud ini. Berbekal ekspektasi tinggi karena banyak temen-temen yang bilang kalo ini termasuk salah satu horor terserem, aku coba buat nonton. Mengambil tema kepercayaan dan keimanan seorang manusia yang sensitif, Saint Maud menjelma jadi tontonan horor atmosferik kekinian yang berhasil menohok siapapun yang nonton.
 
Sosok utama cerita film ini adalah Maud (Morfydd Clark), seorang suster yang habis ngalamin kejadian traumatis. Kemudian demi meredam traumanya, dia memutuskan buat memperdalam agama Katolik sembari nyari job lagi yang nggak jauh-jauh dari pekerjaan sebelumnya, jadi seorang perawat pribadinya seorang mantan pekerja seni bernama Amanda (Jennifer Ehle).
 


Sesuai bayanganku, Saint Maud adalah horor kekinian dan tipikalnya A24. Punya pace lambat, horornya atmosferik, dan eksekusinya elegan. Minim jumpscare dan scoring yang menggelegar tapi tetep terasa mencekam berkat sinematografi cantik buat ngejar estetika dalam bertutur. Selain itu adanya teror-teror dan keanehan yang semakin naik intensitasnya bikin Saint Maud jadi horor yang semakin intens di tiap menitnya.

Pernah nemuin seseorang yang fanatik terhadap satu agama lalu makin terjerumus kedalamnya dan ngelakuin hal-hal nggak baik atas nama Tuhan? Nah itu yang coba dieksplorasi sama Rose Glass selaku sutradara buat bikin Saint Maud menjadi sebuah perjalanan religius yang menakutkan. Selain itu, Glass juga nunjukin sensitivitasnya dengan nambahin unsur traumatik yang bikin konflik batin karakter utamanya makin runyam.



Ngambil cerita soal keimanan dan trauma adalah tema yang udah nge-blend dari dasarnya. Kedua hal itu berkaitan sama hati manusia yang sukar ditebak. Filmnya pun begitu, jadi tontonan yang mengaburkan batas. Aku dibikin ragu, apakah tindakan Maud itu memang berdasar keyakinan? Atau karena kesehatan mentalnya? Aku jadi bertanya-tanya dan nggak yakin sama apa yang jadi "pegangan" Maud buat menjalani hidupnya.
 
Aku suka gimana teror yang dihadirkan bergantung pada visual yang eksplisit namun eksekusinya elegan. Makin lama makin nggak nyaman dan momen pamungkasnya pasti bakal membekas dan susah hilang dari ingatan. Selain itu bangunan ceritanya yang kuat dan kompleks bikin film ini terlihat makin padet di durasinya yang cuma 84 menit.

Saint Maud nunjukin kalo horor nggak melulu soal setan, devil, ataupun demon. Tapi berkat melencengnya perjalanan seseorang mencari "Tuhan" pun bisa jadi tontonan yang menyeramkan. Ngeliat seseorang yang makin terperosok berkat keyakinannya sendiri buat aku udah jadi satu horor tersendiri. Memang bukan tontonan buat yang suka jumpscare dan horor konvensional, tapi jelas Saint Maud punya caranya sendiri buat menteror penontonnya.

Ada di CATCHPLAY+